SELAMAT DATANG

Kiranya para pengunjung mendapatkan inspirasi dalam menjalani kehidupan lewat cerita-cerita ataupun artikel-artikel yang dimuat dalam blog ini. Karena hanya didalam Yesus ada kehidupan, dan di dalam Yesus pula, hari ini lebih baik dari hari kemarin, esok lebih baik dari hari ini, lusa lebih baik dari hari esok, minggu ini lebih baik dari minggu kemarin, minggu depan lebih baik dari minggu ini, bulan ini lebih baik dari bulan kemarin, bulan depan lebih baik dari bulan ini, tahun ini lebih baik dari tahun kemarin, dan tahun depan lebih baik dari tahun ini... Sampai kemuliaan Kristus nyata dalam kehidupan kita, dan sampai kita bertemu muka dengan muka dengan Raja kita yang Mulia, Gembala Agung kita, Juruselamat manusia, dalam kemuliaan-Nya, dan hidup selama-lamanya bersama-Nya..
Amsal 4:18, "Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari..."

Laman

Senin, 26 Juli 2010

KISAH NYATA DARI IRLANDIA UTARA

JANGAN BENCI AKU, MAMA

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak

laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh.

Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin

nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya

berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan

budak atau pelayan.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya

membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan

saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang

cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat

menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami

mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian

anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki

beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun

saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang

keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia

Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4

tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan

hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil

tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya

pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica.

Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.

Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku

terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10

tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa.

Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat

Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan

tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar

dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami

menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak

ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang

mengingatnya.

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang

seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali.

Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, "Tante,

Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!"

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya

menahannya, "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa

namamu anak manis?"

"Nama saya Elic, Tante."

"Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?"

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan

berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu

juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi

dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru

sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya

dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus

mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau

yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba

bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric,

Mommy akan menjemputmu Eric...

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah

gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari

samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan

hal yang telah saya lakukan dulu." tTpi aku menceritakannya

juga dengan terisak-isak. ..

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan

suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis

saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari

belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang

dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk

itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric..

Eric...

Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan

perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan

membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali...

Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai

terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya

ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya

mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai

berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai

bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. ..

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan,

saya pun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir

dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian

saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat

tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil

kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali.

Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget

manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang

parau.

"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu

kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di

sini?" Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan

terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu

meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan

memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya

terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama

saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai

pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya

seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik

kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama

bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..."

Saya pun membaca tulisan di kertas itu...

"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy

marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi

Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama

Eric. Bye, Mom..." Saya menjerit histeris membaca surat itu.

"Bu, tolong katakan... katakan di mana ia sekarang? Saya

berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan

meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!"

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang,

Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk

ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi

menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia

berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang,

Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana

... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang

gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang

lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .

Nyonya,dosa anda tidak terampuni!"

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

(kisah nyata

dari Irlandia Utara)

WARREN BUFFET

Warren Buffet, laki-laki kedua terkaya di dunia, yang telah memberi donasi sebesar USD 31.000.000.000,- untuk amal pernah diwawancarai oleh CBNC. Berikut adalah beberapa aspek yang menarik dalam hidupnya:

  1. Dia mulai membeli saham pertamanya saat berumur 11 tahun dan dia merasa bahwa dia memulainya terlambat.
  2. Dia membeli sebuah peternakan kecil saat dia berumur 14 tahun dengan hasil tabungannya dari menjual koran.
  3. Dia tetap tinggal di rumah kecil yang sama berkamar 3 yang di kota Omaha , selama 50 tahun menikah. Rumahnya tidak mempunyai pembatas atau pagar.
  4. Dia menyetir sendiri mobilnya kemanapun dia pergi tanpa supir atau bodyguard sekeliling dia.
  5. Dia tidak pernah terbang dengan pesawat jet pribadi walaupun dia sendiri memiliki perusahaan private jet terbesar di dunia.
  6. Perusahaannya, Berkshire Hathaway, memiliki 63 perusahaan. Dia hanya mengirim satu surat setiap tahunnya kepada para CEO di perusahaan-perusahaannya ini, yaitu memberi mereka gol/target untuk tahun itu.Dia tidak pernah mengadakan rapat atau menelepon mereka untuk keperluan biasa. Dia memberikan para CEO-nya hanya dua peraturan:

Peraturan pertama: Jangan sampai membuat para pemegang saham Saudara rugi/Jangan biarkan para pemegang saham Saudara kehilangan modal mereka.

Peraturan kedua: Jangan lupa peraturan no. 1

  1. Dia tidak bergaul dengan masyarakat kalangan atas/sosialita kelas atas. Caranya menghabiskan waktu setelah dia pulang dari bekerja adalah membuat popcorn dan menonton TV.
  2. Bill Gates, orang terkaya di dunia pertama kali bertemu Warren Buffet lima tahun yang lalu, Bill Gates tidak berpikir bahwa dia bisa sepaham dengan Warren Buffet. Jadi pertemuan pada pertemuan berikutnya dia hanya menjawalkan 30 menit untuk rapat dengan Warren Buffet. Tetapi setelah Bill Gates bertemu dengannya, pertemuan berakhir setelah 10 jam dan Bill Gates menjadi pengikut paham Warren Buffet.
  3. Warren Buffet tidak menenteng handphone dan tidak mempunyai computer di meja kerjanya.

Nasehatnya bagi para orang muda:

"HINDARI KARTU KREDIT DAN INVESTASI PADA DIRIMU SENDIRI"

(STAY AWAY FROM CREDIT CARDS AND INVEST IN YOURSELF"

  1. Money doesn't create man but it is man who created money
  2. Live your as simple as you are
  3. Don't do what others say, just listen them, but do what you feel good
  4. Don't go on brand name; just wear those things in which you feel comfortable
  5. Don't waste your money on unnecessary things; just spend on them who really in need rather.
  6. After all it's your life then why give chance to others to rule our life

THE ROOM

Cerita di bawah ini tentang Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah. Pokok bahasannya tentang sorga itu seperti apa. “Aku membuat mereka terperangah,” kata Brian kepada ayahnya, Bruce. “Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti sebuah bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis.” Dan itu juga merupakan tulisannya yang terakhir.

Orangtua Brian telah melupakan esai yang ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway County, Ohio.

Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat dari teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya.. Hanya dua bulan sebelumnya, ia telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di suatu ruang arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam kehidupan remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui bahwa anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.

Tulisan itu menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya. “Anda merasa seperti ada di sana,” kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada tanggal 27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil itu keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang. Ia keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel listrik bawah tanah dan kesetrum.

Keluarga Moore membingkai satu salinan esai yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga mereka. “Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira kita harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya,” kata Nyonya Beth Moore tentang esai itu.

Nyonya Moore dan suaminya ingin membagikan penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. “Aku bahagia karena Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengannya.”

Inilah esai Brian yang berjudul “Ruangan”.

Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali dindingnya penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti yang ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau topik buku menurut abjad.

Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang dari dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang berbeda-beda.

Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang pertama kali menarik perhatianku berjudul “Cewek-cewek yang Aku Suka”. Aku mulai membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya, karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu. Dan tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada dimana.

Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil, dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak, menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga aku melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip ini.

Arsip berjudul “Teman-Teman” ada di sebelah arsip yang bertanda “Teman-teman yang Aku Khianati”. Judul arsip-arsip itu berkisar dari hal-hal biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. “Buku-buku Yang Aku Telah Baca”. “Dusta-dusta yang Aku Katakan”. “Penghiburan yang Aku Berikan”. “Lelucon yang Aku Tertawakan”. Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan kekonyolannya: “Makian Buat Saudara-saudaraku” .

Arsip lain memuat judul yang sama sekali tak membuat aku tertawa: “Hal-hal yang Aku Perbuat dalam Kemarahanku.” , “Gerutuanku terhadap Orangtuaku”. Aku tak pernah berhenti dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di sana ada lebih banyak lagi kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.

Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini yang berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu menegaskan kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri. Setiap kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.

Ketika aku menarik kartu arsip bertanda “Pertunjukan- pertunjukan TV yang Aku Tonton”, aku menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua atau tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa malu, bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu yang telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.

Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda “Pikiran-Pikiran yang Ngeres”, aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini hanya satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis.. Aku merasa mual mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.

Satu pikiran menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu arsip in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus menghancurkan arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip ini, aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat menghancurkan satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip, hanya mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang mengasihani diri sendiri.

Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu berjudul “Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil”. Kotak arsip ini lebih bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir kosong isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga inci panjangnya. Aku dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari dalam perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan karena perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.

Aku harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku menghapus air mata ini, aku melihat Dia.

Oh, jangan! Jangan Dia! Jangan di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya. Aku tak tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada dukacitaku. Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang paling buruk.

Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia berbalik dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba di mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia berjalan mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.

Kemudian Ia berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung yang satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu arsip. “Jangan!” seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang dapat aku katakan hanyalah “Jangan, jangan!” ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya jangan sampai ada di kartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah, tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah, begitu jelas, dan begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah Yesus! Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi.. Ia tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira aku tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat, namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku. Ia menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, “Sudah selesai!”

Aku bangkit berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu ruangan itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Jika anda ingin meneruskan pesan ini kepada sebanyak mungkin orang-orang sehingga kasih Tuhan Yesus akan menjamah hidup mereka, forwardlah email ini! Arsip “Orang-Orang yang Aku Bagikan Injil” milikku akan makin bertambah besar, bagaimana dengan milik anda?

JIKA ADA EMAIL YANG PERNAH AKU BACA YANG PERLU BERKELILING DUNIA, INILAH SALAH SATUNYA! TERUSKANLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG ANDA KENAL! MARILAH KITA PENUHI ARSIP KITA DENGAN HAL-HAL KEKAL DAN TUHAN MEMBERKATI ANDA!
(Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk http://pentas/- kesaksian.. blogspot. com - mohon jangan dihilangkan/ didelete ketika anda memforwardnya)

BIJI SESAWI

Biji Sesawi

Iman & Biji Sesawi

Bulan April 2007 lalu orang tua tmn saya pergi ke Israel , lalu pulang dari sana membawa biji khusus yang sering disebutkan di firman Tuhan, yaitu biji Sesawi.

Saya coba lihat di wiki dan ini penjelasannya:
Mustard seeds are the proverbially small seeds of the various mustard plants. The seeds are about 1 mm in diameter, and may be colored from yellowish white to black. They are important spices in many regional cuisines. The seeds can come from three different plants: black mustard (B. nigra), brown Indian mustard (B. juncea), and white or yellow mustard (B. hirta/Sinapis alba).

In the Indian subcontinent they are often used whole, and are quickly fried in oil until they pop to impart a flavor to the oil.


Kandungan nutrisinya per 100 g (3.5 oz)
Energy 470 kcal 1960 kJ
Carbohydrates 34.94 g
- Sugars 6.79 g
- Dietary fiber 14.7 g
Fat 28.76 g
- saturated 1.46 g
- monounsaturated 19.83 g
- polyunsaturated 5.39 g
Protein 24.94 g
Water 6.86 g
Vitamin A equiv. 3 μg 0%
Thiamin (Vit. B1) 0.543 mg 42%
Riboflavin (Vit. B2) 0.381 mg 25%
Niacin (Vit. B3) 7.890 mg 53%
Vitamin B6 0.43 mg 33%
Folate (Vit. B9) 76 μg 19%
Vitamin B12 0 μg 0%
Vitamin C 3 mg 5%
Vitamin E 2.89 mg 19%
Vitamin K 5.4 μg 5%
Calcium 521 mg 52%
Iron 9.98 mg 80%
Magnesium 298 mg 81%
Phosphorus 841 mg 120%
Potassium 682 mg 15%
Sodium 5 mg 0%
Zinc 5.7 mg 57%


Banyak juga kandungannya dan dari biji ini bisa tumbuh menjadi pohon besar. Satu bagian firman Tuhan yang menggunakan perumpaan biji sesawi:

Matius 13:31
31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.



Saya memperhatikan dengan seksama, panjang biji sesawi ini kurang dari 0,5 cm dan satu biji yang saya ukur sekitar 4,5 mm. Foto di atas menunjukkan perbandingan antara tutup lensa kamera nikon D50 saya (warna hitam, hanya ujungnya saja yang kelihatan) dan biji sesawi serta perbandingannya dengan ukuran panjang 1 cm.


Kumpulan biji sesawi dalam botol khusus



Biji sesawi di tangan saya


Foto di atas menunjukkan beberapa biji sesawi yang saya foto dengan setingan macro pada kamera.
Biji ini memang sangat kecil. Sampai sekarang saya belum pernah menemukan biji yang sekecil ini dan dari banyak biji yang lain.

Matius 17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

Sebesar apa iman kita? Kita masing-masing yang tahu, yang pasti cukup iman sebesar biji ini saja, kita dapat melakukan hal yang mustahil.


Pohon Sesawi

Matius 13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabang.


TOMATO STORY

Tomato Story

A Jobless man applied for the position of "office boy" at Microsoft.
The HR manager interviewed him then watched him cleaning the floor as a test.
"You are employed" he said.
Give me your e-mail address and I'll send you the application to fill in, as well as date when you may start.
The man replied "But I don't have a computer, neither an email".

"I'm sorry", said the HR manager.
If you don't have an email, that means you do not exist.
And who doesn't exist, cannot have the job."
"The man left with no hope at all.
He didn't know what to do, with only $10 in his pocket.
He then decided to go to the supermarket and buy a 10Kg tomato crate.
He then sold the tomatoes in a door to door round.
In less than two hours, he succeeded to double his capital.
He repeated the operation three times, and returned home with $60."
The man realized that he can survive by this way, and started to go everyday earlier, and return late.
Thus, his money doubled or tripled everyday.
Shortly, he bought a cart, then a truck, and then he had his own fleet of delivery vehicles.
5 years later, the man is one of the biggest food retailers in the US ...
He started to plan his family's future, and decided to have a life insurance.
He called an insurance broker, and chose a protection plan.
When the conversation was concluded the broker asked him his email.
The man replied,"I don't have an email."
The broker answered curiously, "You don't have an email, and yet have succeeded to build an empire.
Can you imagine what you could have been if you had an e mail?!!"
The man thought for a while and replied, "Yes, I'd be an office boy at Microsoft!"

Moral of the story
Moral 1
Internet is not the solution to your life.

Moral 2
If you don't have Internet, and work hard, you can be a millionaire.

Moral 3
If you received this message by email,
you are closer to being a office boy/girl,than a millionaire..........

P.S - Do not forward this email back to me,
I am closing my email account & going to sell tomatoes!!!